Catetan Cinta Friendzone #3 (Gadis Minang)

/
0 Comments


Gadis Minang

          “Sudahlah Fitri, tidak usah terlalu difikirkan.. mungkin dia belum membaca pesanmu, atau mungkin pulsanya habis sehingga tak bisa membalasnya..” hibur Gina kepada sahabat sekaligus tetangganya itu.

          “entahlah Gin, mungkin benar dia tak suka padaku..” jawabnya lirih. Jelas ini jawaban putus asa. Suara Fitria memang lunak, agak pelan dan logat minangnya yg khas melekat sangat kental sekali.

          “tak baik menuduh sembarangan begitu, bukankah yg kemaren itu pertama kali Fitri menghubunginya? Bisa jadi dia mengira Fitri cuma iseng dan hanya ingin menggaduhnya..” tambah Gina meyakinkan, ia tak suka melihat wajah molek milik sahabat sejak kecilnya itu diselimuti kabut kemurungan.

          “hmmm,, iya..” menoleh kearah Gina, “kamu benar. Ah, aku terlalu berlebihan menuduh yg bukan-bukan padanya..” jawab Fitria dengan menyematkan senyum kecil di ujung bibirnya yg merah muda(natural) tipis itu.

          “apakah kau sedang sibuk, bagaimana kalau kita berjalan-jalan ke danau?” ajak Gina sembari meraih buku catatan kecil Fitria yg terletak diatas meja belajarnya itu. Ini adalah salah satu cara yg paling tepat jika ingin menghibur seseorang yg sedang bersedih hati; mengajaknya ke suatu tempat yg paling disukainya, mungkin saja dengan hal kecil itu ia bisa melupakan masalahnya walau hanya sesaat. Sesaat? Tak apalah, yg penting masih ada senyum yg tersemat. Walau hanya ‘sesaat’.

          “Boleh juga, tapi tunggu sebentar, aku ganti pakaian dulu” jawabnya sambil berdiri dan berjalan ke arah lemari dan berusaha mencari baju yg dirasanya paling cocok, tentu saja untuk mengganti seragam SMA yg masih melekat di badannya.

***

          Fitria Suryani adalah nama gadis itu, dia adalah putri tunggal dari seorang pengusaha aneka olahan ikan (ikan kering, ikan salai, ikan goreng kemasan, kerupuk ikan dll) serta Tuan tanah yg memiliki berhektar-hektar sawah dan ladang yg ditanami oleh keluarganya sendiri maupun di sewakan kepada orang lain. Disana setiap petani yg tidak memiliki ladang pribadi juga masih tetap bisa bersawah, caranya adalah dengan sistem sewa bagi hasil. Maksudnya jika petani sudah panen maka hasilnya akan dibagi menjadi 3 bagian, atau misal hasil bersih padi yg didapat adalah 3 kaleng, maka si empunya lahan berhak mendapatkan 1 kaleng padi sebagai bayar sewa sawahnya. Ada juga yg menyewa dalam bentuk uang, yaitu harga dinegosiasi berdasarkan luas tanah yg disewakan.

          Di ranah itu, keluarga mereka juga termasuk keluarga yg terpandang dan cukup di segani. Berhubung ayahnya adalah seorang tokoh adat keturunan, menjadikan keluarga mereka sampai saat ini masih menganut kental budaya serta adat Minangkabau.

***

          “Eh, jangan dibaca..!!” setengah berteriak, secepat kilat tangan Fitri menyambar buku kecil dengan sampul berwarna Orange itu.    “Ah, kamu pasti sudah baca semuanya..” desahnya sambil mencibir, ia kesal dengan sifat sahabatnya itu. Gina memang suka begitu, selalu igin tahu tentang semua urusannya, terlebih jikalau itu menyangkut urusan pribadi.

          “hehe.. baru sedikit kok” jawabnya berusaha meyakinkan, walau ia tahu Fitria tak akan mempercayai ucapannya itu. Menyengir.

          “Apa saja yg sudah kamu baca? jahat..!!” kali ini bibirnya dibuat secemberut mungkin menunjukkan bahwa ia tengah merajuk. Tidak sensitif.

          “Hmm..” dilemparkannya pandangan ke meja belajar, ia tak berani menatap kearah bibir imut yg dicemberutkan itu. Lihatlah betapa menggemaskan ekspresi Fitria, “Kamu pernah menemukan kunci motornya yg terjatuh, terus..” dia ragu untuk melanjutkan karena ia yakin sahabatnya itu pasti sudah tahu lanjutannya, “terus kamu mengembalikan ke tasnya, tanpa sepengetahuannya.. hehe” dan ia juga tahu penjelasannya barusan akan membuat Fitria semakin merajuk.

          “Haaaahh..!!  sampai kesana...? itu berarti kamu sudah baca semuanya..!!” matanya membelalak dan, “Dasar kamu ya..!!” dicubitnya perut Gina, seolah pesilat mereka adu cubit satu sama lain. Tangan Gina tak kalah lincah dari Fitria. Saling cubit dan elak  pun terjadi sampai desah berat mulai terdengus dari hidung keduanya. Dengusan yg tak teratur. Akhirnya tawa pun mulai meledak, ya apa boleh buat, namanya juga sahabat.


***

          “Selamat malam kak.. :)

          “Iya, selamat malam..”               

          “Ini beneran kak Togar bukan?”

          “Iya, saya sendiri..”

          Kenapa kak Togar tidak bertanya balik, dia harusnya menanyakan siapa namaku.. Fitria mulai gelisah mencari kata-kata yg tepat untuk melanjutkan percakapan melalui SMS itu. Ah, kenapa tidak aku saja yg memulai.? Kadang perempuan juga dituntut agresif dalam situasi tertentu, terlebih saat menghadapi lelaki dingin seperti Togar.

          “Saya Fitria kak, anak kelas XI Ipa1. Adik kelasmu. Salam kenal ya kak.. :)” dipandanginya layar ponsel mungil made-in Kanada itu.  Apakah ini tidak terlalu berlebihan? Memangnya siapa yg menanyakan diriku, nyataannya dia tidak menanyakan siapa aku..

          Dibacanya sekali lagi pesan yg baru ditulisnya itu, dihapusnya sebagian. “Saya Fitria kak, anak kelas XI Ipa1..” dihelanya napas perlahan dan berusaha meyakinkan diri, tanpa sadar ibu jarinya menekan tombol OK dan 31 karakter itu melesat sudah. Terkirim.

          Apa yg telah kulakukan? Ya tuhan, dia pasti menganggapku gadis yang... ah..  ia menyesali perbuatannya barusan, kenapa terkirim? Harusnya ia mempertimbangkannya terlebih dahulu. Dasar ceroboh.. cerobohh.. ah, memalukan!!  Desahnya sekali lagi. Apa boleh buat.

          “Oh.. iya” balas togar.

          Tuh kan,, kak Togar pasti enggak suka dengan gadis yg terlalu berani sepertiku. Ya tuhan, bagaimana ini..?? fikiran-fikiran semacam itu berputar-putar dalam benaknya. Ia menjadi malu sendiri. Aku seorang gadis. Tak sepantasnya.. ah..!!  sungguh ini sangat tidak pantas bagi seorang gadis minang keturunan yg menganut kental budaya Minang Kabau, seorang gadis tak sepantasnya mendahului lelaki.

          Nada pertanda pesan masuk berbunyi, dibukanya pesan yg dikirim oleh kontak yg dinamainya Mr.T itu.

          “Oh iya, maaf sebelumnya. Saya Togar Ariandi Tobing, anak XII Ips1. Ada yg bisa saya bantu dik Fitria??”

          Yaa ampuuun.. diaa....  bukan kepalang senang hatinya. Fitria berguling-guling di atas ranjang sambil tersipu-sipu, digenggamnya erat-erat ponsel dengan flip cover berwarna Orange itu dan meletakkannya di dada. Entah apa tujuannya, yg pasti tindakannya barusan menunjukkan kalau ia sedang bahagia. Begitulah kiranya gambaran tingkah laku insan yg sedang terbuai cinta. Jangankan untuk bertemu, mendengar namanya saja hatinya sudah berbunga-bunga. Itu lah jatuh cinta. Indahnya sulit digambarkan lewat kata-kata.

          “eh, enggak kak. Fitri hanya ingin berkenalan.”

          “oh, iya. Salam kenal dik Fitria”

          “iya kak, salam kenal kembali. :)

          Dan sejak malam itu Fitria sering menyapanya lewat SMS, sesekali lewat telepon dan membahas apa saja yg mereka anggap cocok untuk menjadi topik bahasan. Terkadang hanya menanyakan kabar dan sedikit pertanyaan klasik yg ditanyakan berulang-ulang bahkan hampir setiap hari “apakabar, sedang apa, sudah makan?” dan sebagainya.

***

          “Apakah sore nanti kamu ada janji?” tanya Luna, kemudian mengisap sedotan plastik pada minuman kaleng yg baru saja dibelinya itu.

          “tidak, memangnya kenapa?” jawab yg ditanya balik bertanya. Sedikit heran, tak biasanya.

          “berarti kamu tidak akan keberatan kalau ku ajak..” sebenarnya ia ragu untuk melakukan ini, namun disisi lain ia juga ingin sekali memberitahu Togar tentang masalah yg sedang dihadapinya selama ini.

          “memangnya kemana?” tentu saja Togar heran, sudah lama mereka tidak jalan-jalan berdua, terhitung sejak tiga minggu yg lalu sejak semua dirasanya mulai berubah. Kenapa tiba-tiba dia mengajak begini. Eh, bukankah ini pertanda baik??  Senyum pun mulai tersemat di ujung bibirnya. Pertanda baik.

          “tidak, aku hanya ingin kau menemaniku ke suatu tempat” jelasnya.

          “tentu saja..” jawab lelaki itu mengiyakan.

          “eh, dengar-dengar minggu depan kalian akan mengadakan study tour ke Jakarta, Bandung dan Jogja, benarkah?” tanya Luna mengalihkan.

          “ya, tapi belum tentu tepatnya kapan. Bukankah kalian juga akan mengadakannya? Kurasa semua anak kelas XII tahun ini akan mengadakannya..”ia merasa ada yg janggal denganpertanyaan Luna barusan.

          “hm.. iya juga sih” jawabnya salah tingkah. Kali ini ia benar-benar salah, maksudnya salah tanya. Bukankah semua anak kelas XII akan mengadakannya..?? ia menyesalkan pertanyaannya yg barusan.

          “kapan tepatnya?” lanjut Togar, ia tak mempermasalahkan tentang sikap Luna.

          “kata bu Juhaini 2 hari setelah keberangkatan seluruh anak IPS” jawabnya.

          “semoga kau menikmati liburanmu..” kali ini dengan sematan senyum yg khas.

          “kamu juga, jangan terlalu banyak melamun di sana. Takutnya kesambet penunggu Candi Prambanan lagi..!!” jawabnya sambil menyengirkan pagar berbalut bibir merah muda(natural) tipis yg tertata rapi itu.

          “eh, kamu juga, jangan lupa membawa minyak angin. Takutnya malah kentut terus-terusan disepanjang jalan” balas Togar tak mau kalah,

          “eh, jangan sembarangan ya! Aku bukan tukang kentut sepertimu. Dasar..” cibirnya dengan kesal.

          “ya, memang benar bukan tukang kentut. Tapi tukang buang angin!! hehe” ledek Togar semakin menjadi.

          Tentu saja gadis itu tak bisa terima disebut sebagai tukang kentut atau tukang buang angin atau apapun itu yg intinya tetap saja sama. Di cubitnya perut Togar sampai lelaki itu mengerang kesakitan dan minta ampun.

          “ah, selalu kau lakukan itu. Pokoknya kalau sekali lagi kau main cubit-cubit, akan kubalas menggelitikimu sampai pingsan!!” ancamnya masih dengan raut muka aneh akibat menahan rasa sakit dari bekas cubitan maut gadis itu, ia tahu benar gadis itu paling tidak tahan jika digelitiki.



***



You may also like

Tidak ada komentar:

POSTINGAN MENARIK LAINNYA

EDY SUTERA JAYA. Diberdayakan oleh Blogger.